Nama
: Ibnu Humaam
Kelas
: III A
Kelompok : A1.2
Nis
: 124
815
Hari/Tanggal : 03 FEBRUARI 2015
Judul Penetapan : Kadar Air Pupuk ZA, TSP, UREA
Dasar prinsip : Sampel dipanaskan secara langsung
didalam oven pada suhu 105'C. Bobot yang hilang selama pemanasan
merupakan jumlah air yang terkandung dalam pupuk.
Landasan teori :
"PUPUK DAN CARA
APLIKASINYA"
Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ketanah atau tajuk
tanaman dengan tujuan untuk melengkapi katersediaan unsur hara. Bahan pupuk
yang paling awal adalah kotoran hewan, sisa pelapukan tanaman dan arang kayu.
Pemakaian pupuk kimia kemudian berkembang seiring dengan ditemukannya deposit
garam kalsium di Jerman pada tahun 1839.
Dalam pemilihan pupuk perlu diketahui terlebih dahulu jumlah dan jenis unsur
hara yang dikandungnya, serta manfaat dari berbagai unsur hara pembentuk pupuk
tersebut. Setiap kemasan pupuk yang diberi label yang menunjukkan jenis dan
unsur hara yang dikandungnya. Kadangkala petunjuk pemakaiannya juga dicantumkan
pada kemasan.karena itu, sangat penting untuk membaca label kandungan pupuk
sebelum memutuskan untuk membelinya. Selain menentukan jenis pupuk yang tepat,
perlu diketahui juga cara aplikasinya yang benar, sehingga takaran pupuk yang
diberikan dapat lebih efisien. Kesalahan dalam aplikasi pupuk akan berakibat
pada terganggunya pertumbuhan tanaman. Bahkan unsur hara yang dikandung oleh
pupuk tidak dapat dimanfaatkan tanaman.
A. Penggolongan Pupuk
Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup
yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai.
Contohnya adalah pupuk kompos dan pupuk kandang. Pupuk kompos berasal dari
sisa-sisa tanaman, dan pupuk kandang berasal dari kotoran ternak. Pupuk organik
mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis
unsur hara tersebut rendah. Sesuai dengan namanya, kandungan bahan organik
pupuk ini termasuk tinggi.
Pupuk anorganik
atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu
berbagai bahan kimia sehingga memiliki prosentase kandungan hara yang tinggi.
Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya, pupuk anorganik dapat dibagi
menjadi dua yakni pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal, jenis
unsur
hara yang dikandungnya hanya satu
macam. Biasanya berupa unsur hara makro primer, misalnya urea hanya mengandung
unsur nitrogen.
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur
hara. Penggunaan pupuk ini lebih praktis karena hanya dengan satu kali
penebaran, beberapa jenis unsur hara dapat diberikan. Namun, dari sisi harga
pupuk ini lebih mahal. Contoh pupuk majemuk antara lain diamonium phospat yang
mengandung unsur nitrogen dan fosfor.
Menurut cara aplikasinya, pupuk buatan dibedakan menjadi dua yaitu pupuk
daun dan pupuk akar. Pupuk daun diberikan lewat penyemprotan pada daun tanaman.
Contoh pupuk daun adalah Gandasil B dan D, Grow More, dan Vitabloom. Pupuk akar
diserap tanaman lewat akar dengan cara penebaran di tanah. Contoh pupuk akar
adalah urea, NPK, dan Dolomit.
Menurut cara melepaskan unsur hara, pupuk akar dibedakan menjadi dua
yakni pupuk fast release dan pupuk slow release. Jika pupuk fast release
ditebarkan ke tanah dalam waktu singkat unsur hara yang ada atau terkandung
langsung dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Kelemahan pupuk ini adalah terlalu
cepat habis, bukan hanya karena diserap oleh tanaman tetapi juga menguap atau
tercuci oleh air. Yang termasuk pupuk fast release antara lain urea, ZA dan
KCL.
Pupuk slow release atau yang sering disebut dengan pupuk lepas
terkendali (controlled release) akan melepaskan unsur hara yang dikandungnya
sedikit demi sedikit sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dengan demikian, manfaat
yang dirasakan dari satu kali aplikasi lebih lama bila dibandingkan dengan
pupuk fast release. Mekanisme ini dapat terjadi karena unsur hara yang
dikandung pupuk slow release dilindungi secara kimiawi dan mekanis.
Perlindungan secara mekanis berupa pembungkus bahan pupuk dengan
selaput polimer atau selaput yang mirip dengan bahan pembungkus kapsul.
Contohnya, polimer coated urea dan sulfur coated urea. Perlindungan secara
kimiawi dilakukan dengan cara mencampur bahan pupuk menggunakan zat kimia,
sehingga bahan tersebut lepas secara terkendali. Contohnya Methylin urea, Urea
Formaldehide dan Isobutilidern Diurea. Pupuk jenis ini harganya sangat mahal
sehingga hanya digunakan untuk tanaman-tanaman yang bernilai ekonomis tinggi.
B. Jenis-jenis Pupuk
1. Pupuk Sumber Nitrogen
Hampir seluruh tanaman dapat menyerap nitrogen dalam bentuk nitrat atau
amonium yang disediakan oleh pupuk. Nitrogen dalam bentuk nitrat lebih cepat
tersedia bagi tanaman. Amonium juga akan diubah menjadi nitrat oleh
mikroorganisme tanah, kecuali pada tembakau dan padi. Tembakau tidak dapat
mentoleransi jumlah amonium yang tinggi. Untuk menyediakan nitrogen pada
tembakau, gunakan pupuk berbentuk nitrat (NO3-) dengan kandungan nitrogen
minimal 50%. Pada padi sawah, lebih baik gunakan pupuk berbentuk amonium (NH4+)
karena pada tanah yang tergenang, nitrogen mudah berubah menjadi gas N2.
umumnya pupuk dengan kadar N yang tinggi dapat membakar daun tanaman sehingga
pemakaiannya perlu lebih hati-hati.
a. Amonium Nitrat
Kandungan nitratnya membuat pupuk ini
cocok untuk daerah dingin dan daerah panas. Pupuk ini dapat membakar tanaman
jika diberikan terlalu dekat dengan akara atau langsung kontak dengan daun.
Ketersediaan bagi tanaman sangat cepat sehingga frekuensi pemberiannya harus
lebih sering. Amonium nitrat bersifat higroskopis sehingga tidak dapat disimpan
terlalu lama.
b. Amonium Sulfat (NH4)2
SO4
Pupuk ini dikenal dengan nama pupuk
ZA. Mengandung 21% nitrogen (N) dan 26% sulfur (S), berbentuk kristal dan
kurang higroskopis. Reaksi kerjanya agak lambat sehingga cocok untuk pupuk
dasar. Sifat reksinya asam, sehingga tidak disarankan untuk tanah ber-pH
rendah. Selain itu, pupuk ini sangat baik untuk sumber sulfur. Lebih disarankan
dipakai didaerah panas.
c. Kalsium Nitrat
Pupuk ini berbentuk butiran, berwarna
putih, sangat cepat larut didalam air, dan sebagai sumber kalsium yang sangat
baik karena mengandung 19% kalsium Ca. sifat lainnya adalah bereaksi basa dan
higroskopis.
d. Urea (CO(NH2)2)
Pupuk urea mengandung 46% nitrogen
(N). Karena kandungan N yang tinggi menyebabkan pupuk ini sangat higroskopis.
Urea sangat mudah larut dalam air dan bereaksi cepat, juga menguap dalam bentuk
amonia.
2. Pupuk Sumber Fosfor
a. SP36
Mengandung 36% fosfor dalam bentuk
P2O5.pupuk ini terbuat dari fosfat alam dan sulfat. Berbentuk butiran dan
berwarna abu-abu. Sifatnya agak sulit larut dalam air dan bereaksi lambat
sehingga selalu digunakan sebagai pupuk dasar. Reaksi kimianya tergolong
netral, tidak higroskopis dan bersifat membakar.
b. Amonium Phospat
Monoamonium Phospat (MAP) memiliki
analisis 11.52.0. Diamonium Phospat memiliki (DAP) analisis 16.48.0 atau
18.46.0. pupuk ini umumnya digunakan untuk merangsang pertumbuhan awal tanaman
(styarter fertillizer). Bentuknya berupa butiran berwarna cokelat kekuningan.
Reaksinya termasuk alkalis dan mudah larut di dalam air. Sifat lainnya adalah
tidak higroskopis sehingga tahan disimpan lebih lama dan tidak bersifat
membakar karena indeks garamnya rendah.
3. Pupuk Sumber Kalium
a. Kalium Chlorida (KCl)
Mengandung 45% K2O dan khlor, bereaksi
agak asam, dan bersifat higroskopis. Khlor berpengaruh negatif terhadap tanaman
yang membutuhkannya, misalnya kentang, wortel dan tembakau.
b. Kalium Sulfat (K2SO4)
Pupuk ini lebih dikenal dengan nama
ZK. Kadar K2O-nya sekitar 48-52%. Bentuknya berupa tepung putih yang larut
didalam air, sifatnya agak mengasamkan tanah. Dapat digunakan untuk pupuk dasar
sesudah tanam. Tanaman yang peka terhadap keracunan unsur Cl, seperti tembakau
disarankan untuk menggunakan pupuk ini.
c. Kalium Nitrat (KNO3)
Mengandung 13% N dan 44% K2O.
berbentuk butiran berwarna putih yang tidak bersifat higroskopis dengan reaksi
yang netral.
4. Pupuk Sumber Unsur Hara
Sekunder
a. Kapur Dolomit
Berbentuk bubuk berwarna putih
kekuningan. Dikenal sebagai bahan untuk menaikkan pH tanah. Dolomit adalah
sumber Ca (30%) dan Mg (19%) yang cukup baik. Kelarutannya agak rendah dan
kualitasnya sangat ditentukan oleh ukuran butiran. Semakin halus butirannya
akan semakin baik kualitasnya.
b. Kapur Kalsit
Berfungsi untuk meningkatkan pH tanah.
Dikenal sebagai kapur pertanian yang berbentuk bubuk. Warnanya putih dan
butirannya halus. Pupuk ini mengandung 90-99% Ca. Bersifat lebih cepat larut
dalam air.
c. Paten Kali (Kalium
Magnesium Sulfat)
Berbentuk butiran berwarna kuning.
Mengandung 30% K2O, 12% S, dan 12% MgO. Sifatnya agak sukar larut dalam air.
Selain untuk memperbaiki defisiensi Mg, pupuk ini juga bermanfaat untuk
memperbaiki kejenuhan basa pada tanah asam.
d. Kapur Gypsum
Berbentuk bubuk dan berwarna putih.
Mengandung 39% Ca, 53% S dan sedikit Mg. Ditebarkan dalam sekali aplikasi. Jika
terkena air, gypsum yang ditebarkan akan menggumpal dan mengeras seperti tanah
liat (cake). Gypsum digunakan untuk menetralisir tanah yang terganggu karena
kadar garam yang tinggi, misalnya pada tanah di daerah pantai. Aplikasi gypsum
tidak banyak berpengaruh pada perubahan pH tanah.
e. Bubuk Belerang
(Elemental Sulfur)
Umumnya, sulfor disuplai dalam bentuk
sulfat yang terdapat pada berbagai jenis pupuk. Kandungan sulfat tersebut tidak
berpengaruh dalam penurunan pH tanah. Selain terdapat dalam berbagai jenis
pupuk, bubuk belerang adalah sumber sulfur yang terbesar, kandungannya dapat
mencapai 909%. Namun, bubuk ini tidak lazim digunakan untuk mengatasi masalah
defisiensi sulfur, tetapi tidak lebih banyak digunakan untuk menurunkan pH
tanah. Penggunaannya tidak boleh melebihi 25 gram/m2, karena bubuk sulfur dapat
mengakibatkan gejala terbakarnya daun tanaman (burning effect).
5. Pupuk Sumber Unsur Hara
Mikro
Saat ini kebutuhan pupuk mikro sudah mulai terasa di Indonesia. Beberapa
hasil penelitian melaporkan bahwa tanaman padi sawah dan teh di beberapa daerah
di Jawa sudah memulai membutuhkan tambahan Zn dari pupuk.
Pupuk sebagai unsur hara mikro tersedia dalam dua bentuk, yakni bentuk
garam anorganik dan bentuk organik sintesis. Kedua bentuk ini mudah larut dalam
air. Contoh pupuk mikro yang berbentuk garam organik adalah Cu, Fe, Zn dan Mn
yang seluruhnya bergabung dengan sulfat. Sebagai sumber boron, umumnya
digunakan sodium tetra borat yang banyak digunakan sebagai pupuk daun. Sumber
Mo umumnya menggunakan sodium atau amonium molibdat.
Bentuk organik sintesis ditandai dengan adanya agen pengikat unsur logam
yang disebut chelat. Chelat adalah bahan kimia organik yang dapat mengikat ion
logam seperti yang dilakukan oleh koloid tanah. Unsur hara mikro yang tersedia
dalam bentuk chelat adalah Fe, Mn, Cu, dan Zn.
Selain disediakan oleh kedua jenis pupuk diatas, unsur hara mikro juga
disediakan oleh pupuk majemuk yang beredar di pasaran. Pupuk slow release dan
pupuk daun biasanya dilengkapi dengan satu atau lebih unsur mikro.
a. Pupuk Majemuk
Pemakaian pupuk majemuk saat ini sudah
sangat luas. Berbagai merk, kualitas dan analisis telah tersedia di
pasaran.kendati harganya relatif lebih mahal, pupuk majemuk tetap dipilih
karena kandungan haranya lebih lengkap. Pupuk majemuk berkualitas prima
memiliki besaran butiran yang seragam dan tidak terlalu higroskopis, sehingga
tahan disimpan dan tidak cepat menggumpal. Hampir semua pupuk majemuk bereaksi
asam, kecuali yang telah mendapatkan perlakuan khusus, seperti penambahan Ca
dan Mg.
Variasi analisis pupuk mejemuk sangat
banyak. Meskipun demikian, perbedaan variasinya bisa jadi sangat kecil,
misalnya antara NPK 15.15.15 dan NPK 16.16.16. Variasi analisis pupuk, seperti
15.15.15, 16.16.16, dan 20.20.20 menunjukkan ketersediaaan unsur hara yang
seimbang. Fungsi pupuk majemuk dengan variasi analisis seperti ini antara lain
untuk mempercepat perkembangan bibit; sebagai pupuk pada awal peneneman; dan
sebagai puk susulan saat tanaman memasuki fase generatif, seperti saat mulai
berbunga.
Dalam memilih pupuk majemuk perlu
dipertimbangkan beberapa faktor, antara lain kandungan unsur hara yang tinggi,
kandungan unsur hara mikro dan harga perkilogramnya.contoh cara
mempertimbangkan pemilihan pupuk majemuk, variasi analisis pupuk NPK 20.20.20
memiliki kandungan hara yang lebih tinggi daripada NPK 15.15.15, tetapi
sifatnya sangat higroskopis sehingga mudah sekali menggumpal. Karena itu,
variasi analisis pupuk ini sebaiknya tidak dipilih karena bagian yang
menggumpal tidak dapat digunakan.
b. Pupuk Daun
Daun memiliki mulut yang dukenal
dengan nama stomata. Sebagian besar stomata terletak di bagian bawah daun.
Mulut daun ini berfungsi untuk mengatur penguapan air dari tanaman sehingga air
dari akar dapat sampai daun. Saat suhu udara terlalu panas, stomata akan
menutup sehingga tanaman tidak akan mengalami kekeringan. Sebaliknya, jika
udara tidak terlalu panas, stomata akan membuka sehingga air yang ada di
permukaan daun dapat masuk dalam jaringan daun. Dengan sendirinya unsur hara
yang disemprotkan ke permukaan daun juga masuk ke dalam jaringan daun.
Sebenarnya, kandungan unsur hara pada
pupuk daun identik dengan kandungan unsur hara pada pupuk majemuk. Bahkan pupuk
daun sering lebih lengkap karena ditambah oleh beberapa unsur mikro. Pemilihan
analisis yang tepat pada pupuk daun perlu mempertimbangkan beberapa faktor yang
sama dengan analisis pada pupuk majemuk. Hanya saja, faktor sifat fisik dan
kimia tanah tidak dijadikan sebagai faktor utama. Sebagai faktor utamanya
adalah manfaat tiap unsur hara yang dikandung oleh pupuk daun bagi perkembangan
tanaman dan peningkatan hasil panen.
Pupuk daun berbentuk serbuk dan cair.
Kualitasnya dianggap baik jika mudah larut di dalam air tanpa menyisakan
endapan. Karena mudah larut dalam air, sifat pupuk daun menjadi sangat
higroskopis. Akibatnya tidak dapat disimpan terlalu lama jika kemasannya telah
dibuka.
Kentungan menggunakan pupuk daun
antara lain respon terhadap tanaman sangat cepat karena langsung dimanfaatkan
oleh tanaman. Selain itu, tidak menimbulkan kerusakan sedikitpun pada tanaman,
dengan catatan aplikasinya dilakukan secara benar. Dalam pemakaian pupuk daun
dikenal istilah konsentrasi pupuk atau kepekatan larutan pupuk. Besarnya
konsentrasi pupuk daun dinyatakan dalam bobot pupuk daun yang harus dilarutkan
kedalam satuan volume air. Penentuan volume air dapat diketahui dengan membaca
skala pada alat semprot. Angka konsentrasi ini sering dicantumkan p[ada kemasan
pupuk. Jika konsentrasi pupuk yang digunakan melebihi konsentrasi yang
disarankan, daun akan terbakar.
Penyemprotan pupuk daun idealnya
dilakukan pada pagi atau pada sore hari karena bertepatan pada saat membukanya
stomata. Prioritaskan penyemprotan pada bagian bawah daun karena paling banyak
terdapat stomata. Faktor cuaca termasuk kunci sukses dalam penyemprotan pupuk
daun. Dua jam setelah penyemprotan jangan sampai terkena hujan karena akan
mengurangi efektifitas penyerapan pupuk. Tidak disarankan menyemprotkan pupuk
daun pada saat suhu udara sedang panas karena konsentrasi larutan pupuk yang
sampai ke daun cepat meningkat sehingga daun dapat terbakar. Contoh pupuk daun
yang beredar di pasaran yaitu Gandasil Daun 14.12.14 dilengkapi dengan Mn, Mg,
B, Cu dan Zn.
c. Pupuk Organik
Kandungan unsur hara yang terdapat di
dalam pupuk organik jauh lebih kecil daripada yang sempat di dalam pupuk
buatan. Cara aplikasinya juga lebih sulit karena pupuk organik dibutuhkan dalam
jumlah yang lebih besar daripada pupuk kimia dan tenaga kerja yang diperlukan
juga lebih banyak. Namun, hingga sekarang pupuk organik tetap digunakan karena
fungsinya belum tergantikan oleh pupuk buatan. Berikut ini beberapa manfaat
dari pupuk organik.
Mampu menyediakan unsur hara makro dan
mikro meskipun dalam jumlah yang jauh lebih kecil.
Memperbaiki granulasi tanah berpasir dan tanah padat sehingga dapat meningkatkan kualitas aerasi, memperbaiki drainase tanah, dan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air.
Mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan kapasitas tukar kation tanah.
Penambahan pupuk organik dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah.
Pada tanah asam, penambahan pupuk organik dapat membantu meningkatkan pH tanah.
Penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan air.
Memperbaiki granulasi tanah berpasir dan tanah padat sehingga dapat meningkatkan kualitas aerasi, memperbaiki drainase tanah, dan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air.
Mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan kapasitas tukar kation tanah.
Penambahan pupuk organik dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah.
Pada tanah asam, penambahan pupuk organik dapat membantu meningkatkan pH tanah.
Penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan air.
- Jenis pupuk
organik yang banyak dikenal sebagai berikut:
- Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk organik
yang berasal dari kotoran ternak. Kualitas pupuk kandang sangat tergantung pada
jenis ternak, kualitas pakan ternak, dan cara penampungan pupuk kandang.
Pupuk kandang dari ayam atau unggas
memiliki unsur hara yang lebih besar daripada jenis ternak lain. Penyebabnya
adalah kotoran padat pada unggas tercampur dengan kotoran cairnya. Umumnya,
kandungan unsur hara pada urine selalu lebih tinggi daripada kotoran
padat.seperti kompos, sebelum digunakan, pupuk kandang perlu mengalami proses
penguraian. Dengan demikian kualitas pupuk kandang juga turut ditentukan oleh
C/N rasio.
Dalam dunia pupuk kandang, dikenal
istilah pupuk panas dan pupuk dingin. Pupuk panas adalah pupuk kandang yang
proses penguraiannya berlangsung cepat sehingga terbentuk panas. Pupuk dingin
terjadi sebaliknya, C/N yang tinggi menyebabkan pupuk kandang terurai lebih
lama dan tidak menimbulkan panas.
Ciri-ciri pupuk kandang yang baik
dapat dilihat secara fisik atau kimiawi. Ciri fisiknya yaitu berwarna cokelat
kehitaman, cukup kering, tidak menggumpal, dan tidak berbau menyengat. Ciri
kimiawinya adalah C/N rasio kecil (bahan pembentuknya sudah tidak terlihat) dan
temperaturnya relatif stabil.
- Kompos
Kompos adalah kasil pembusukan
sisa-sisa tanaman yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme pengurai.
Kualitas kompos ditentukan oleh besarnya perbandingan antara jumlah karbon dan
nitrogen (C/N ratio).
Jika C/N rasio tinggi, berarti bahan
penyusun kompos belum terurai secara sempurna. Bahan kompos dengan C/N rasio
tinggi akan terurai atau membusuk lebih lama dibanding dengan C/N rasio rendah.
Kualitas kompos dianggap baik jika memiliki C/N rasio antara 12-15.
Bahan kompos seperti sekam, jerami
padi, batang jagung dan serbuk gergaji memiliki C/N rasio antara 50-100. daun
segar memiliki C/N rasio sekitar 10-20. Proses pembuatan kompos akan menurunkan
C/N rasio hingga 12-15. sampai dengan proses penguraian sempurna, tanaman akan
bersaing dengan mikroorganisme tanah untuk memperebutkan unsur hara. Karena itu
disarankan untuk menambah pupuk buatan apabila bahan kompos yang belum terurai
sempurna terpaksa digunakan.
Kandungan unsur hara dalam kompos
sangat bervariasi. Tergantung dari jenis bahan asal yang digunakan dan cara
pembuatan kompos. Kandungan unsur hara kompos sebagai berikut.
- Nitrogen 0,1 – 0,6%
- Fosfor 0,1 – 0,4%
- Kalium 0,8 – 1,5%
- Kalsium 0,8 – 1,5%
Ciri fisik kompos yang baik adalah
berwarna cokelat kehitaman, agak lembab, gembur dan bahan pembentuknya sudah
tidak tampak lagi. Penggunaan dosis tertentu pada pupuk kompos lebih
berorientasi untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah daripada untuk
menyediakan unsur hara.
- Mikroba Penyubur Tanah
Kemajuan ilmu mikrobiologi tanah
berhasil memperbanyak mikroba tanah yang bermanfaat dan mengemasnya sebagai
pupuk cair. Mikroba yang telah dikemas ini kemudian disemprotkan ke tanah
hingga berkembang biak dan memberi dampak positif bagi kesuburan tanah.
Jenis bakteri dan jamur yang biasa
digunakan diantaranya Rhizobium, Lactobacillus, Streptomyces, Micoriza, dan
Aspergillus. Jenis dan fungsi mikroba sangat beragam, cara penggunaanpun
berbeda-beda. Karena itu sebaiknya baca petunjuk pada label atau brosur dengan
seksamasebelum menggunakannya.
Mikroba juga membutuhkan waktu untuk
berkembang biak sehingga hasil aplikasi mikroba penyubur tanah tidak langsung
terlihat pada tanaman. Jumlah mikroba yang telah disemprotkan pun sangat
mungkin akan berkurang karena faktor cuaca. Aplikasi mikroba sebaiknya
dilaksanakan secara rutin setiap dua minggu sekali. Alat semprot yang digunakan
sebaiknya bukan yang biasa dipakai untuk menyemprot pestisida, karena pestisida
akan mematikan mikroba. Selain itu, tidak disarankan menyemprotkan pestisida
terutama fungisida pada tanah yang telah diaplikasi mikroba.
C. Cara Aplikasi
1. Cara Aplikasi Pupuk
Kimia
a. Larikan
Caranya, buat parit kecil disamping
barisan tanaman sedalam 6-10 cm. Tempatkan pupuk di dalam larikan tersebut,
kemudian tutup kembali. Cara ini dapat dilakukan pada satu atau kedua sisi
baris tanaman. Pada jenis pepohonan, larikan dapat dibuat melingkar di
sekeliling pohon dengan jari-jari 0,5-1 kali jari-jari tajuk. Pupuk yang tidak
mudah menguap dapat langsung ditempatkan di atas tanah.
Setelah itu, larikan tidak perlu
ditutup kembali dengan tanah. Hindari membuat larikan hanya pada salah satu
sisi baris tanam karena menyebabkan perkembangan akar tidak seimbang. Karena
itu, aplikasi pupuk kedua harus ditempatkan pada sisi yang belum mendapatkan
pupuk (bergantian). Biasanya cara ini dilakukan untuk memberikan pupuk susulan.
Tanaman dengan pertumbuhan cepat dan perakaran yang terbatas disarankan untuk
menggunakan cara larikan.
b. Penebaran Secara Merata
di Atas Permukaan Tanah
Cara ini biasanya dilakukan sebelum
penanaman. Setelah penebaran pupuk, lanjutkan dengan pengolahan tanah, seperti
pada aplikasi kapur dan pupuk organik. Cara ini menyebabkan distribusi unsur
hara dapat merata sehingga perkembangan akarpun lebih seimbang. Tidak
disarankan untuk menebar pupuk urea karena sangat mudah menguap.
c. Pop Up
Caranya, pupuk dimasukkan ke lubang
tanam pada saat penanaman benih atau bibit. Pupuk yang digunakan harus memiliki
indeks garam yang rendah agar tidak merusak benih atau biji. Cara ini lazim
menggunakan pupuk jenis SP36, pupuk organik, atau pupuk slow release.
d. Penugalan
Caranya, tempatkan pupuk ke dalam
lubang di samping tanaman sedalam 10-15 cm. Lubang tersebut dibuat dengan alat
tugal. Kemudian setelah pupuk dimasukkan, tutup kembali lubang dengan tanah
untuk menghindari penguapan. Cara ini dapat dilakukan disamping kiri dan
samping kanan baris tanaman atau sekeliling pohon. Jenis pupuk yang dapat
diaplikasikan dengan cara ini adalah pupuk slow release dan pupuk tablet.
e. Fertigasi
Pupuk dilarutkan dalam air dan
disiramkan pada tanaman melalui air irigasi. Lazimnya, cara ini dilakukan untuk
tanaman yang pengairannya menggunakan sistem sprinkle. Cara ini telah banyak
diterapkan pada pembibitan tanaman Hutan Tanaman Industri (HTI), lapangan golf,
atau nursery tanaman yang bernilai ekonomi tinggi. Lewat cara ini, akurasi dan
penyerapan pupuk oleh akar dapat lebih tinggi.
Pada pertanian intensif pemupukan
sering dilakukan berkali-kali sehingga beberapa cara diatas dapat dilakukan bersama-sama
dalam satu musim tanam.
2. Cara Aplikasi Pupuk
Organik
Tanah berpasir, bekas pertambangan,
tanah tererosi, atau tanah sangat padat yang mudah retak pada musim kemarau,
sebaiknya diberi pupuk organik dalam jumlah besar sebelum digunakan untuk bercocok
tanam. Setelah diberi pupuk organik, dilanjutkan dengan pengolahan tanah. Kedua
perlakuan tersebut dilakukan supaya sifat fisik tanah membaik dan pemakaian
pupuk kimia menjadi lebih efisien.
Kebutuhan dosis pupuk organik yang
sangat besar seringkali menyulitkan proses penebarannya. Namun, sekarang telah
dipasarkan pupuk organik yang dipadatkan dalam bentuk pelet atau konsentrat.
Pupuk organik dalam bentuk tersebut lebih mudah diaplikasikan dan dosis yang
diperlukan menjadi lebih kecil. Pupuk organik seperti ini diantaranya
dipasarkan dengan merk dagang Ostindo, OCF, dan Green Pride.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam aplikasi pupuk organik adalah sebagai berikut.
- penebaran pupuk organik sebaiknya
diikuti dengan pengolahan tanah seperti pembajakan atau penggemburan tanah agar
pupuk organik dapat mencapai lapisan tanah yang lebih dalam.
- Pemberian pupuk organik dengan dosis
kecil tetapi sering lebih baik dari pada dosis banyak yang diberikan sekaligus.
- Pada jagung, cabai, tomat, dan
beberapa jenis sayuran, pupuk organik sebaiknya ditempatkan pada lubang tanam
satu minggu sebelum bibit ditanam.
- Pada media tanam dalam pot,
perbandingan antara kompos dan tanah yang ideal adalah 1:1. sementara itu,
perbandingan pupuk kandang dan tanah yang ideal adalah 1:3.
- Jika harus menggunakan pupuk organik
yang belum terurai sempurna (rasio C/N masih tinggi) harus diberi jeda waktu
antara pemberian pupuk organik dan penanaman bibit yakni minimal satu minggu.
Hal itu dilakukan untuk menghindari dampak buruk yang mungkin terjadi pada
tanaman ketika proses penguraian pupuk organik berlangsung.
" PUPUK ZA "
Pupuk ZA adalah pupuk kimia buatan yang dirancang untuk memberi tambahan hara nitrogen dan belerang bagi tanaman. Nama ZA adalah singkatan dari istilah bahasa Belanda, zwavelzure
ammoniak, yang berarti amonium
sulfat (NH4SO4).
Wujud pupuk ini butiran kristal mirip garam dapur dan terasa asin di lidah. Pupuk ini higroskopis (mudah menyerap air) walaupun tidak
sekuat pupuk
urea. Karena ion sulfat sangat
mudah larut dalam air sedangkan ion amonium lebih lemah, pupuk ini
berpotensi menurunkan pH tanah yang terkena aplikasinya sehingga hanya cocok
digunakan pada tanah
alkalin. Dibandingkan pupuk lain
(misal amonium
nitrat), pupuk ini mengandung
lebih sedikit kadar nitrogen sehingga mampu meningkatkan biaya pemupukan per
massa nitrogen yang diberikan pada usaha pertanian.[1]
Pupuk ini bersama dengan pupuk berbahan dasar amonia lainnya telah dilarang
penggunaannya di Pakistan dan Afghanistan karena mampu digunakan sebagai bahan
pembuat bahan peledak.[2]
Landasan Teori
:
"ORTOPHOSPAT"
Dalam kimia, ortofosfat (bahasa
Inggris: orthophosphate,
inorganic phosphate, Pi) atau
sering disebut gugus fosfat adalah sebuah ion
poliatomik atau radikal terdiri dari satu atom fosforus dan empat oksigen. Dama bentuk ionik, dia membawa sebuah
-3 muatan
formal,
dan dinotasikan PO43-.
Fosfat adalah unsur dalam suatu batuan beku (apatit) atau
sedimen dengan kandungan fosfor ekonomis. Biasanya, kandungan fosfor dinyatakan
sebagai bone phosphate of lime (BPL) atau triphosphate of lime (TPL), atau
berdasarkan kandungan P2O5. Fosfat apatit termasuk fosfat primer karena gugusan
oksida fosfatnya terdapat dalam mineral apatit (Ca10(PO4)6.F2) yang terbentuk
selama proses pembekuan magma. Kadang kadang, endapan fosfat berasosiasi dengan
batuan beku alkali kompleks, terutama karbonit kompleks dan sienit.
Fosfat komersil dari mineral apatit adalah kalsium
fluo-fosfat dan kloro-fosfat dan sebagian kecil wavellite, (fosfat aluminium
hidros). Sumber lain dalam jumlah sedikit berasal dari jenis slag, guano,
crandallite [CaAl3(PO4)2(OH)5.H2O], dan millisite (Na,K).CaAl6(PO4)4(OH)9.3H2O.
Sifat yang dimiliki adalah warna putih atau putih kehijauan, hijau, berat jenis
2,81-3,23, dan kekerasan 5 H.
Fosfat adalah sumber utama unsur kalium dan nitrogen yang
tidak larut dalam air, tetapi dapat diolah untuk memperoleh produk fosfat
dengan menambahkan asam .
Fosfat dipasarkan dengan berbagai kandungan P2O5, antara
4-42 %. Sementara itu, tingkat uji pupuk fosfat ditentukan oleh jumlah
kandungan N (nitrogen), P (fosfat atau P2O5), dan K (potas cair atau K2O).
Fosfat sebagai pupuk alam tidak cocok untuk tanaman pangan, karena tidak larut
dalam air sehingga sulit diserap oleh akar tanaman pangan. Fosfat untuk pupuk
tanaman pangan perlu diolah menjadi pupuk buatan.
Di Indonesia, jumlah cadangan yang telah diselidiki adalah
2,5 juta ton endapan guano (kadar P2O5= 0,17-43 %). Keterdapatannya di
Provinsi Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi
Tengah dan NTT, sedangkan tempat lainnya adalah Sumatera Utara, Kalimantan, dan
Irian Jaya.
Di Indonesia, eksplorasi fosfat dimulai sejak tahun 1919.
Umumnya, kondisi endapan fosfat guano yang ada ber-bentuk lensa-lensa, sehingga
untuk penentuan jumlah cadangan, dibuat sumur uji pada kedalaman 2 -5 meter.
Selanjutnya, pengambilan conto untuk analisis kandungan fosfat. Eksplorasi
rinci juga dapat dilakukan dengan pemboran apabila kondisi struktur geologi
total diketahui.
Fosfor merupakan salah satu bahan kimia yang sangat
penting bagi mahluk hidup. Fosfor terdapat di alam dalam dua bentuk yaitu
senyawa fosfat organik dan senyawa fosfat anorganik. Senyawa fosfat organik
terdapat pada tumbuhan dan hewan, sedangkan senyawa fosfat anorganik terdapat
pada air dan tanah dimana fosfat ini terlarut dia air tanah maupun air laut
yang terkikis dan mengendap di sedimen.
Fosfor juga merupakan faktor pembatas. Perbandingan fosfor
dengan unsur lain dalam ekosistem air lebih kecil daripada dalam tubuh
organisme hidup. Diduga bahwa fosfor merupakan nutrien pembatas dalam
eutrofikasi; artinya air dapat mempunyai misalnya konsentrasi nitrat yang
tinggi tanpa percepatan eutrofikasi asalkan fosfat sangat rendah (
Sastrawijaya, 1991). Fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai
senyawa ortofosfat, polifosfat dan fosfat organis. Setiap senyawa fosfat
tersebut terdapat dalam bentuk terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel
organisme air.
Di daerah pertanian ortofosfat berasal dari bahan
pupuk yang masuk ke dalam sungai atau danau melalui drainase dan aliran air
hujan. Polifosfat dapat memasuki sungai melalui air buangan penduduk dan
industri yang menggunakan bahan detergen yang mengandung fosfat, seperti
industri logam dan sebagainya. Fosfat organis terdapat dalam air buangan penduduk
(tinja) dan sisa makanan. Fosfat organis dapat pula terjadi dari ortofosfat
yang terlarut melalui proses biologis karena baik bakteri maupun tanaman
menyerap fosfat bagi pertumbuhannya ( Alaerts, 1984). Keberadaan senyawa fosfat
dalam air sangat berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem perairan. Bila
kadar fosfat dalam air rendah (< 0,01 mg P/L), pertumbuhan ganggang akan
terhalang, kedaan ini dinamakan oligotrop. Sebaliknya bila kadar fosfat dalam
air tinggi, pertumbuhan tanaman dan ganggang tidak terbatas lagi (kedaaan
eutrop), sehingga dapat mengurangi jumlah oksigen terlarut air. Hal ini tentu
sangat berbahaya bagi kelestrian ekosistem perairan.
Kegunaan Fosfor/Fosfat Kegunaan fosfor yang penting
adalah dalam pembuatan pupuk, dan secara luas digunakan dalam bahan peledak,
korek api, pestisida, odol dan deterjen. Selain itu juga diperlukan untuk
memperkuat tulang dan gigi. 2.6 Proses Fosfor / Fosfat Dalam Lingkungan Hidup
Perputaran unsur fosfor dalam lingkungan hidup relatif sederhana bila
dibandingkan dengan perputaran bahan kimia lainnya, tetapi mempunyai peranan
yang sangat penting yaitu sebagai pembawa energi dalam bentuk ATP (Adenosin
Trifosfat). Perputaran unsur fosfor adalah perputaran bahan kimia yang
menghasilkan endapan seperti halnya perputaran kalsium.
Dalam lingkungan hidup ini tidak diketemukan
senyawa fosfor dalam bentuk gas, unsur fosfor yang terdapat dalam atmosfir
adalah partikel-partikel fosfor padat. Batu karang fosfat dalam tanah terkikis
karena pengaruh iklim menjadi senyawa-senyawa fosfat yang terlarut dalam air
tanah dan dapat digunakan/diambil oleh tumbuh-tumbuhan untuk kebutuhan hidupnya
/pertumbuhannnya. Penguraian senyawa organik (tumbuh-tumbuhan dan hewan yang
mati serta detergen limbah rumah tangga ) menghasilkan senyawa-senyawa fosfat
yang dapat menyuburkan tanah untuk pertanian. Sebagai senyawa fosfat yang
terlarut dalam air tanah akan terbawa oleh aliran air sungai menuju ke laut
atau ke danau, kemudian mengendap pada dasar laut atau dasar danau.
Alat
dan Bahan :
- Neraca Digital
- Spatula
- Cawan Petridisk
- Oven
- eksikator
- Pupuk ZA
Cara
Kerja :
- Ditimbang 3 gram sampel pupuk
ZA,tsp,urea kedalam petridisk yang telah diketahui bobotnya
- Dipanaskan kedalam oven pada
suhu 105 'C selama 3 jam
- Didinginkan kedalam eksikator
dan ditimbang bobot yang hilang adalah bobot air
- Data hasil analisa dihitung
Perhitungan :